Jember, MAJALAH-GEMPUR.Com. Usai aniaya Istri hingga tewas, Warga
Lingkungan RT, 1 RW 004, Jl Branjangan Lingkungan Semenggu, Kelurahan Bintoro,
Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember, Jawa Timur
ini Gantung diri.
Peristiwa penganiayaan terhadap Hotijah (30), Istrinya, asal Pontianak ini
diduga dilakukan oleh sang suaminya sendiri, Ahmad (26), lantaran mengalami
depresi. Demikian diungkapkan Kapolsek Patrang AKP Agus Solihin, kepada
sejumlah awak media, Selasa (12/5/2020).
Peritiwa itu diketahui pada jam 13.00 wib, setelah petugas menerima
laporan adanya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dari masyarakat, dengan
kondisi korban sudah meninggal, dengan luka di kepala bagian muka (Khotijah).
Sedangkan motivasinya masih dalam pendalaman
Dalam waktu hampir bersamaan, di lokasi berbeda warga menemukan jasad
suami korban dalam kondisi gantung diri pada sebuah pohon, yang jaraknya kurang
lebih dua km dari rumah korban, tepatnya didekat kuburan umum lingkungan
Sumberlangon Kelurahan Slawu.
“Ketika petugas Reskrim sedang memburu pelaku, di tempat lain di Lingkungan
Sumberlanggon, Kelurahan Slawu, dikabarkan pelaku gantung diri dan meninggal
dunia, kedua korban saat ini sedang dilakukan evakuasi ke RSD dr Subandi
Jember, untuk dilakukan visum, " jelasnya.
Lebih lanjut AKP Agus menjelaskan bahwa Istri Korban ditemukan oleh
tetangga dekatnya di dalam rumah korban.
Jasad wanita malang ini posisinya terlentang di atas ranjang kamar tidur,
dengan wajah berlumuran darah.
Sementara jasad suami korban bernama Ahmad, ditemukan di pekarangan
belakang rumah warga, dengan posisi setengah duduk di atas tumpukan
kayu.Sedangkan kedua kakinya terlihat menekuk, dan leher terikat seutas tali
serta wajah mendongak keatas.
Berdasarkan keterangan tetangga korban Seniman (46) Lingkungan Semenggu,
bahwa sepulang dari merantau dari Sumatera dan Malaysia dan sudah berkeluarga
mempunyai dua anak, satu yang mengalami keterbelakangan mental (bisu).
Kondisi belakangan terjepit kebutuhan ekonomi karena tidak bekerja dan
Stres, bahkan Untuk Kebutuhan hidup selalu kekurangan, bahkan sering mendapat
bantuan atau uluran tangan dari tetangga.
Hal itu dibenarkan ketua RT 01,RW 04 Sumhadi, menurutnya sepulang merantau,
suami-istri ini sehari-harinya bekerja sebagai buruh serabutan. Dua jam sebelum
kejadian, Ia mengaku bertemu kedua suami istri naas ini, dalam keadaan
rukun-rukun saja dan seperti tidak ada pertengkaran.
Ia juga tidak tidak mengetahui sama sekali motif dibalik peristiwa
tragis tersebut. "Saya tahu kejadian ini dari laporan
saudaranya yang rumah nya berdekatan dan suaminya memang stres kadang bicara
sendiri, " katanya. (wht/tahrir/eros).