
Kondisi semacam itu tidak hanya dirasakan bangsa
Indonesia saja melainkan juga dirasakan oleh 215 negara di dunia, termasuk negara-negara
besar seperti Amerika Serikat, Perancis,
Inggris dan lainnya juga mengalami penurunan yang sangat drastis dalam bidang
ekonomi.
Salah satu- tingginya angka positif Covid-19 di di Indonesia
terutama di Jawa Timur, salah-satu penyebabnya lantaran Kesadaran masyarakat untuk
memakai Masker masih rendah, hanya sekitar 30 persen, atau 70 persen yang tidak
memakai masker, memang butuh kesadaran.
“Presiden berharap kita harus punya perasaan sama”, kata Wabup
A Muqit Arif usai Telekonferensi dengan Presiden Jokowi terkait penanganan Cavid-19
bersama TNI dan Polri dan Pemda Se Jatim yang digerlar Gubernur Jatim Khofifah di
Pendopo Wahyawibawagraha, Kamis (25/6/2020).
Dalam Arahannya Presiden menekankan bahwa dalam menangani
aspek kesehatan dan ekonomi harus mendapatkan porsi yang sama. Presiden menganalogikan Penyebaran
covid-19 dan kondisi ekonomi, ibarat "Rem dan Gas" keduanya harus
berjalan seimbang.
“Istilah beliau Gas dan Rem. Rem mungkin berkaitan dengan
penanganan Cavid-19 , dan Gas berkaitan masalah ekonomi, Jangan sampai kita fokus pada penanganan
kesehatan, tetapi ekonomi terabaikan atau sebaliknya, hanya fokus menangani
masalah ekonomi, kemudian masalah kesehatan terabaikan “Kedua-duanya harus sama-sama
kita tangani dengan sebijak mungkin”, lanjutnya.
Untuk itu, Presiden, memberi tegat waktu dua minggu untuk
mengendalikan Covid-19 di Jatim yang kemarin positifnya tertinggi di Indonesia,
walaupun tingkat kesembuhannya cukup menggembirakan dan yang meninggal tidak
terlalu tinggi ini, harus ada progres yang jelas.
Untuk itu Pemda diminta untuk membangun sinergi dengan
semua elemen untuk menangani secara sungguh-sungguh dalam satu manajemen dan
pemerintah pusat akan memberikan asistensi secara khusus baik tenaga, alat-alat
termasuk yang di rumah rumah sakit.
“Di setiap daerah seperti disampaikan Ibu Gubernur Khofifah
tadi, bahwa kebijakan berbasis lokal ini sangat perlu karena tidak semua daerah
itu memiliki cara yang sama terutama dalam kaitan dengan komunikasi dengan
masyarakat itu sangat berbeda-beda”, lanjutnya.
Khusus untuk di Jember saya kira memang masyarakat yang
cukup hidrogen tetapi insya Allah dengan memahami ke kearifan lokal itu Insya-Allah
kita bisa, dengan catatan kita semua memiliki perasaan yang sama bahwa saat ini
sedang dalam krisis kesehatan dan Ekonomi.
Jangan sampai hanya sebagian saja yang memahami, sementara
yang lain merasa normal-normal saja, dibutuhkan sinergitas dengan semua elemen,
untuk tidak pernah lelah melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pola
hidup bersih dan sehat dan sebagainya.