Mereka menilai pPengurangan UKT ke great 2 senilai Rp 800 ribu masih berat. Kalau great 1 hanya Rp. 400 ribu rupiah. "Memang SK sudah dikeluarkan Rektor, tetapi meskipun berkas sudah lengkap saat mengajukan ternyata banyak yang tidak turun sampai great satu," kata Korlap Aksi Muhammad Fahmi.
Padahal, sebelumnya dewan Mahasiswa UIN sudah menawarkan audiensi, tetapi sepertinya tidak ada respon yang baik dari jajaran Rektorat baik atas upaya tersebut. "Itu membuat kami marah, meradang dan kecewa terhadap pimpinan, " lanjutnya.
Wakil Rektor III Hefni Zain mengatakan,sebenarnya tuntutan itu sudah dijawab rektor. "Lebih-lebih kita juga di landa pandemi, sebenarnya tuntutan itu sudah di jawab melalui surat keputusan Rektor, sebelum temen-temen (Mahasiswa) melakukan aksi ini," jelasnya.
Namun, para mahasiswa meminta rincian total keringanan yang di peroleh dari setiap pemohon, sehingga hal itu tidak bisa dibuktikan saat ini. "Misalnya si A dapat berapa, si B dapat berapa itukan tidak bisa dilakukan sekarang, sebelum yang bersangkutan itu mengajukan," katanya
lebih lanjut Hefni menjelaskan, Jika Mahasiswa telah menyetorkan berkasnya dengan lengkap, maka pihak kampus akan memeriksanya terlebih dahulu. "Seperti, apakah orang tuanya betul terdampak COVID yang diberhentikan dari pekerjaannya, atau kehilangan pemasukan." Tandasnya.
Selain itu, kata Hefni masih harus dibuktikan dengan surat dari desa, apabila memenuhi syarat maka pihak kampus akan memenuhinya. Diketahuinya di lokasi berlangsung aksi, Mahasiswa membakar ban Mobil di depan gedung Rektorat sebagai luapan kemarahannya.
Menaggapi penjelasan itu, para mahasiswa dari gerakan Penolakan Penindasan Kepada Mahasiswa (PPKM) ini, mengaku tidak puas, karena aksinya hanya di tanggapi oleh Wakil Rektor I, II dan III yang tidak memiliki kebijakan penuh," kataFahmi. (naw).
