Translate

Iklan

Iklan

Warga Di Banyuwangi Kembangkan Beras ‘Japonica Koshihikari’ Rasanya Enak dan Kadar Gulanya Rendah

6/15/22, 23:52 WIB Last Updated 2022-06-15T17:05:23Z

Banyuwangi, MAJALAH-GEMPUR.Com. Perusahaan bidang pertanian di kabupaten Banyuwangi Jawa Timur,mengembangkan beras Japonica Koshihikari. Beras asal Jepang ini disamping memiliki rasa enak namun kadar gulanya rendah.

Sehingga aman dikonsumsi dan baik bagi kesehatan tubuh. Banyuwangi dipilih untuk pengembangan beras ini karena memiliki lahan yang subur. “Kami ingin mengembangkan di Banyuwangi,” jelas Direktur Utama PT. Amerta Tani Maju (ATM), Thiono, Rabu, (15/6/2022).

Saat ini, pihaknya sedang melakukan penjajakan untuk melakukan pengembangan beras Koshihikari ini. Untuk itu pihaknya akan berkomunikasi dengan Pemkab Banyuwangi hingga Desa. “Kami ingin kolaborasi dengan Kades, Pemkab untuk menciptakan lahan prospek untuk penanaman berikutnya,”

Sebelumnya beras ini telah ditanam di sejumlah daerah di Jatin, seperti Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Sidoarjo, Madiun, Kediri, Trenggalek, dan Jember. Banyuwangi dipilih, karena memiliki lahan yang subur dan  dikenal lumbung beras nasiobal. Untuk tahap awal akan melakukan demplot mungkin sekitar 5-10 hektar.

“Nanti kita lihat perkemganan kedepan. Kalau memang bagus kita ambil sebanyak mungkin. Karena saya lihat potensi alam Banyuwangi bagus sekali. Air cukup, karena japonica memang butuh air yang cukup,” ujar Direktur Teknik PT. ATM, Djoko Ardhityawan.

Dia menjelaskan, beras Koshihikari ini biasa digunakan di restoran besar karena rasanya enak dan pulen.  Yang paling penting menurutnya beras ini sehat karena kadar gula rendah sekali. Saat ini umumnya beras memiliki rasa yang enak tapi kadar gula tinggi. Ada juga yang kadar gulanya rendah tapi tidak enak. “Ini kedua-duanya, sudah enak tapi kadar gula rendah,” tegasnya.

Menurutnya, beras Koshihikari ini masuk Indonesia sejak 2014. Tapi tidak banyak dikembangkan karena kesulitan pada proses dari gabah menjadi berasnya. Menurutnya, tidak semua penggilingan mampu memproses karena memang harus mengubah sistem di penggilingan.

Dalam pengembangannya nanti, lanjutnya, akan diterapkan sistem kemitraan. Pihaknya menyediakan benih dan talangan pupuk. Nanti setelah panen dan sudah menjadi gabah kering dibeli dengan harga di atas rata-rata. “Baru kami potongkan benih dan pupuk itu,” bebernya.

Satu hektar, berpotensi menghasilkan 6-10 ton gabah. Kalau di Jepang hanya 4-5 ton per hektar. Ini karena lahan di indonesia sangat subur. Padinya juga tahan wereng. Sehingga hasil panen bisa maksimal. “Pengalaman di daerah yang sudah ditanam, petani sangat antusias. Karena mereka panen bisa mendapatkan keuntungan lebih besar mereka akan senang,” ujarnya. (kim/eros).
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Warga Di Banyuwangi Kembangkan Beras ‘Japonica Koshihikari’ Rasanya Enak dan Kadar Gulanya Rendah

Terkini

Close x