Jember, MAJALAH-GEMPUR.Com. Ada yang menarik dibalik Penutupan e-commerce Tiktok Shop oleh pemerintah Republik Indonesia, yaitu penerapan strategi manajemen Tiktok Shop yang hampir sempurna di era disruptif ini.
Tiktok Shop mampu membaca perubahan perilaku konsumen dengan baik, yang berubah seiring dengan kemajuan teknologi. Dulu, konsumen cenderung pergi ke mal untuk berbelanja, dan strategi yang digunakan adalah product-driven. Namun, dengan munculnya e-commerce, konsumen mendapatkan kemudahan dalam berbelanja dan membandingkan produk.
Mal pun berubah menjadi lebih fokus pada pelanggan dan hiburan, dengan menawarkan berbagai pengalaman seperti tempat bermain, restoran, dan pertunjukan untuk mempertahankan pelanggan dan mendorong pembelian impulsif.
“Di sisi lain, e-commerce seperti Shopee dan Tokopedia masih fokus pada produk dan pelanggan, dengan sedikit perhatian pada hiburan”. Ulas pakar, sekaligus dosen Program Studi Manajemen Unmuh Jember. Yohanes Gunawan Wibowo, S.E., M.M. dalam rilis yang diterima media ini.
Lalu muncullah Tiktok dengan Tiktok Shop-nya, yang menggabungkan hiburan dengan pengalaman berbelanja. Tiktok menggunakan analisis big data untuk menyajikan konten yang sesuai dengan preferensi konsumen dan menampilkan produk yang sesuai dengan keinginan mereka. Ini menciptakan fenomena pembelian impulsif yang lebih efektif.
“Hal ini menunjukkan bahwa Tiktok Shop menjadi ancaman serius bagi industri e-commerce di Indonesia. Tiktok Shop telah menerapkan strategi pemasaran yang hampir sempurna, menciptakan persaingan yang lebih kompleks di pasar”. Lanjutnya.
Perubahan itu, sejalan Perkembangan teknologi digital yang cepat merubah lanskap bisnis secara fundamental, menghadirkan era disruptif yang mempengaruhi banyak aspek kehidupan, terutama dalam industri e-commerce di Indonesia.
Di tengah perubahan ini, peran pemerintah dalam membuat regulasi yang responsif menjadi semakin penting. Salah satu regulasi terbaru, Peraturan Menteri Perdagangan No 50 Tahun 2020 dan Permendag Nomor 31 tahun 2023, menyebabkan penutupan resmi Tiktok Shop dengan alasan "Social Commerce Jadi Tempat Promosi & Dilarang Untuk Bertransaksi."
Menurutnya bahwa ada 9 poin Dampak dan Pelajaran yang Dapat Dipetik yaitu:
1. Penutupan Tiktok Shop sementara ini berdampak positif terhadap
ekosistem e-commerce, tercermin dalam peningkatan harga saham Bukalapak dan
Tokopedia. Namun, ini mungkin hanya bersifat sementara karena Tiktok
kemungkinan akan kembali dengan cara yang berbeda.
2. Penutupan Tiktok Shop akan mengubah taktik Tiktok di masa depan,
tetapi pendapatan Tiktok dari iklan dan gift tampaknya tidak akan terlalu
terpengaruh.
3. Penutupan Tiktok Shop telah memunculkan persaingan yang lebih
intens di industri e-commerce dan meningkatkan penggunaan Facebook Ads dan
Instagram Ads.
4. Pelajaran penting yang dapat dipetik adalah pentingnya peran pemerintah dalam mengikuti perkembangan teknologi digital dan perubahan perilaku konsumen. Pemerintah perlu mendukung pembuatan platform lokal serupa Tiktok dan mendampingi UMKM dalam meningkatkan literasi digital.
5. Tiktok telah menyatakan kesiapannya untuk patuh terhadap regulasi pemerintah, yang mungkin tidak akan mengubah strategi jangka panjangnya.
6. Tiktok saat ini belum menjual sahamnya kepada publik, tetapi hal ini bisa berubah di masa depan.
7. Peluang positif muncul dari penutupan Tiktok Shop, seperti peningkatan penjualan di e-commerce dan penggunaan Facebook Ads dan Instagram Ads.
8. Pemerintah seharusnya tidak hanya membuat regulasi, tetapi juga memahami peluang yang ada dalam perkembangan teknologi digital. Platform lokal serupa Tiktok bisa menjadi langkah positif.
9. Konsekuensi penutupan Tiktok Shop akan mempengaruhi pelaku bisnis yang mengandalkannya. Mereka harus meningkatkan kemampuan bisnis mereka baik secara offline maupun online.
Secara keseluruhan, Tiktok Shop adalah contoh nyata
bagaimana strategi manajemen yang adaptif dapat memungkinkan bisnis bertahan
dalam era disruptif yang cepat berubah. (*)