Translate

Iklan

Iklan

Refleksi Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama “NU” 22 Oktober 1945

10/22/12, 13:11 WIB Last Updated 2012-10-22T10:26:49Z
Jember, MAJALAH-GEMPUR.Com. Resolusi Jihad NU 22 Oktober 1945 seringkali dilupakan. Padahal Semangat ini telah menjadi benteng yang kokoh dalam upaya mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia.


Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 yang dibacakan Ir. Soekarno atas nama bangsa Indonesia yang belum genap satu bulan mendapat cobaan yang berat dengan datangnya Sekutu yang diboncengi oleh Tentara Belanda. Belanda ingin kembali menjajah bumi Nusantara.

Bung Karno galau, secara matematis apabila melakukan perang dengan sekutu, akan kalah dari persenjataan dan kemampuan tentara yang lebih terampil, kemudian secara rahasia mengadakan hubungan dengan KH Hasyim Asyari untuk meminta fatwa jihad membela Negara.

KH Hasyim Asyari kemudian memanggil KH Wahab Hasbullah, kemudian KH Wahab mengumpulkan Ketua-ketua NU se-Jawa dan Madura untuk membahas persoalan jihad membela Negara. Juga tokoh Cirebon yang terkenal kekuatan spiritualnya KH Abbas Djamil Buntet beserta kiai-kiai utama di Jawa untuk melakukan sholat isthikoroh.

Pada Tanggal 21-22 Oktober 1945, ketua-ketua NU seluruh Jawa Madura berkumpul di Surabaya untuk membahas jihad membela Negara. Tanggal 22 Oktober 1945 pertemuan NU se Jawa Madura ini mengambil rumusan penting yang kemudian dikenal sebagai Resolusi Jihad NU.

Yang isinya adalah, Setiap muslim, tua, muda, dan miskin wajib memerangi orang kafir yang merintangi kemerdekaan Indonesia. Pejuang yang mati dalam perang kemerdekaan layak disebut syuhada, Warga Indonesia yang memihak penjajah dianggap sebagai pemecah belah persatuan nasional dan oleh karena itu harus dihukum mati.

Kemudian Dokumen Resolusi Jihad ini disebar dengan tulisan Arab Pegon ditanda tangani KH Hasyim Asy’ari dan di sebar ke seluruh pesantren di Jawa Madura dan komandan-komandan pasukan lascar Hisbullah-Fisabillah dan TRI, juga dimuat dalam Koran-koran perjuangan.

Kedatangan pasukan Sekutu yang diboncengi Tentara Belanda ke Surabaya dengan kekuatan penuh dihadapi oleh rakyat. ratusan ribu laskar tua muda pria wanita berbondong-bondong datang ke Surabaya untuk mempertahankan kota ini, termasuk ribuan santri dari berbagai penjuru Jawa Timur berbondong-bondong ke Surabaya untuk mempertahankan kota ini dari cengkeraman penjajah.

Terjadilah Peristiwa 10 November 1945 yang membuat dunia terbelalak kekuatan rakyat mampu mengalahkan Tentara Sekutu yang canggih dan modern.

Resolusi Jihad NU ini menggelorakan semangat perjuangan rakyat Jawa Timur, rakyat Surabaya khususnya, untuk mempertahankan Surabaya dari rebutan Tentara Sekutu. Bung Tomo sebagai tokoh pemuda Surabaya yang mempunyai hubungan erat dengan KH Hasyim Asy’ari dan terkenal dengan takbir ALLAHU AKBAR dalam menolak ancaman Sekutu.

Peristiwa ini perlu menjadi ruh bagi seluruh rakyat dan warga bangsa Indonesia, karena Resolusi Jihad NU tidak ada batas expired-nya. Resolusi Jihad NU senantiasa relevan dalam segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara dalam kontek Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Oleh: Y. Setiyo Hadi, Taman Baca Budaya SALAM)
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Refleksi Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama “NU” 22 Oktober 1945

Terkini

Close x