
Seorang warga
setempat, Matsugi (39), mengungkap, proyek pembangunan drainase tersebut
dianggapnya tidak mengutamakan keselamatan pengguna jalan. Pasalnya, tumpukan
material bekas tanah galian, pasir bangunan serta batu hitam, memakan separuh
jalan. “Ini kan membahayakan orang yang mau lewat, apalagi tidak adanya rambu
penanda proyek, soalnya beberapa minggu lalu ada pengendara yang terperosok
saat banjir” ungkapnya, Senin (18/8).
Ia juga
menyesalkan, pembangunan saluran drainase ini juga tidak melibatkan warga
setempat, baik sebelum maupun saat pelaksanaan, “setahu saya warga tidak pernah
diajak musyawarah,” akunya. Sebebarnya, tutur Matsugi, seandainya warga diajak
komunikasi terlebih dulu, pasti proses pelaksanaan pembangunan ini akan
berjalan lancar, “saya kira warga sini akan bersedia jika halamannya ditempati
material bangunan,” ujarnya.
Lebih lanjut, pria
yang berprofesi sebagai pedagang palawija itu meminta kepada pihak Dinas Bina
Marga, agar pelaksana proyek memberi
tanda atau rambu-rambu bahwa dijalur itu sedang dikerjakan pembuatan saluran
dainase, serta diberi penutup saluran, agar peristiwa terpesoknya pengendara
kemarin tidak terulang kembali.