
“Proklamasi! Kami anak Mojan, juga Indonesia yang belum merdeka dan
tertinggal dari segala hal! Kami anak Mojan, juga Indonesia menyatakan bahwa
Indonesia kaya raya tetapi mengapa kami menderita! Kami anak Mojan, juga
Indonesia!”
Demikian kutipan teks proklamasi
ala ‘Mojan’ yang dibacakan Muzanni, salah seorang pendamping yang memimpin
upacara tersebut, yang kemudian diikuti oleh puluhan santri dan pengurus
ponpes. Mereka menyebut, proklamasi itu
sebagai ‘Proklamasi Mojan’. Karena, meski telah 70 tahun Indonesia merdeka, namun ternyata mereka
yang tak dapat merasakan nikmatnya kue pembangunan negeri ini.
“Disini, warga tak bisa menikmati manfaat pembangunan. Karena tak ada gedung sekolah, jalan penghubung desa di
perbukitan dan daerah hutan desa kawasan setempat juga masih belum tersentuh oleh pembangunan. Bila musim
hujan tiba, kondisi jalan tanah liat menjadi sangat licin,” kata Muzani, saat dihubungi
lewat pesan singkatnya, Selasa sore (18/8).
Ironisnya, Dusun Mojan-kelurahan
Bintoro Kecamatan
Patrang hanya berjarak sekitar 7 kilometer dari pusat Kota Jember. Tetapi mayoritas penduduknya masih banyak yang buta aksara
dan hidup dibawah garis kemiskinan. Selain orang tua mereka yang masih buta
huruf sebagian besar anak-anak Mojan juga tidak bersekolah.
“Aksi ini kami lakukan agar diketahui dan didengar oleh pemerintah pusat
dan maupun Pemerintah Daerah. Baik yang duduk di Eksekutif maupun yang duduk di legislatif. Agar kondisi kemiskinan dan buta
huruf di daerah kami dapat diperhatikan,”
pungkasnya. (ruz)