
Menurut penuturan
Joyo, adik koban, rumah kakaknya itu ambruk sekitar pukul 16.00 Wib Kamis (12/11). Hujan deras sekitar 10 menit yang disertai
angin kencang, membuat rumah yang baru dibangun empat bulan
yang lalu tak kuat menahan beban hingga menyebebabkan runtuh.
“Hujannya sangat
deras mas, meski hanya sekitar 10 menit, beruntung
rumahnya dalam keadaan kosong karena kakak sedang merantau ke
Denpasar Bali.” Demikian kata Joyo, Jum’at (13/11 saat membersihkan puing-puing
bangunan rumah kakaknya.
Selain guyuran
hujan, Joyo menduga, karena anginnya juga kencang serta banyaknya tumpukan daun jati di genting. Karena, air tak bisa
mengalir dengan lancar sehingga menggenangi atap rumah yang membuat beban
bangunan semakin berat. “Anginnya juga cukup kencang, karena memang berada di
pinggir persawahan,” ujarnya.
Pantauan
di tempat kejadian, sejumlah
warga terlihat membersihkan puing-puing sisa bangunan paska ambruk. Genting
rumah terlihat masih baru, karena warna merahnya masih ketara jelas.
“Sebenarnya rumah ini belum selesai dibangun, masih akan dikuliti untuk
temboknya,” ucap Muko, adik korban yang lain.
Menurut Muko,
kerugian yang diderita kakaknya itu cukup besar, karena sejumlah perabotan
rumah tangga serta barang-barang elektronik yang berada di dalam rumah tak bisa
diselamatkan. “Lihat saja sendiri, semua hancur karena tertimbun reruntuhan
bangunan. Jika dihitung, kerugian diperkirakan sekitar Rp 80 juta,” urainya.
Saat ini, korban
dan keluarganya hanya pasrah dengan kejadian yang mereka anggap sebagai musibah
tersebut. “Setelah kakaknya
dikabari bahwa rumahnya ambruk hujan deras disertai angin kencang , kakak saya menangis. Meski dia juga pasrah
karena memang musibah,” pungkas Muko. (ruz)