
“Kita masih beruntung bisa ada di dalam sini, masih diberi kesempatan untuk bertaubat”. Demikian tutur mantan Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan
Ekonomi Sumber Daya Mineral (Disperindag ESDM) Jember, Ahmad Sudiono kepada sejumlah wartawan di lapas
kelas IIA Jember, Kamis, (11/8)
Waktu
itu, wajah Ahmad Sudiono
terlihat sumringah, tak ada kesan ia terbebani kasus yang membelitnya. Ketika ditanya tentang bagaimana cara menjaga stamina
batin saat menjalani hari-harinya di Lapas. “Kuncinya
pasrah. Menerima apa yang kita terima sebagai qodar (ketentuan) Allah” Katanya
Meski menjalani
masa hukuman, karakter kepemimpinannya nampak dominan.
Hampir semua warga binaan memanggilnya abah. “Jika sore, saya dan Hasi Madani (Mantan kepala Dinas Pasar) mengajari remaja
disini. Pak Hasi Madani
mengajar tajwid dan baca quran, sementara saya megajar pembentukan karakter. Katanya.
Kegiatan itu
dilakukan, bukan semata mengisi waktu luang, Lapas bukanlah tempat hukuman,
melainkan rumah kasih sayang Allah. “Ya,
disini (Lapas) merupakan rumah kasih sayang Allah. Karena ditempat ini orang
akan bertumbuh jiwa religiusnya. Sehingga setiap hari akan berdzikir untuk
mengigat Allah,” tuturnya
Sebelum
wawancara, Pak Ahmad biasa dipanggil, tampak berdiri di depan tiga remaja, gerak tubuhnya masih atraktif. Mereka menempati sebuah gazebo di dalam
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Jember. Tampak tiga remaja itu mengangguk, seolah mengiyakan. Satu diantara mereka
garuk-garuk kepala.
Kepada
tiga remaja ini, Pak Ahmad menuturkan “Jangan dikira orang diluar (Lapas) sana
tidak ada yang bersalah. Masih banyak. Hanya saja belum diketahui penegak hukum, Itu artinya, kita masih di sayang Allah, bisa saja yang punya kesalahan diluar sana belum sempat bertaubat sudah dipanggil lebih dulu oleh
Allah,” Jelasnya.
Usai itu, pria
yang pernah menjabat Kepala Dinas Pendidikan Jember ini mengatakan bahwa wejangannya kepada tiga remaja ini merupakan
bagian dari caracter building, pembentukan
karakter agar selepas menjalani masa tahanan, para remaja itu dapat bermanfaat
dan kembali bersosialisasi dengan masyarakat.
Siang itu, sejumlah wartawan Jember yang bersempatan
bercengkerama dengan terpidana korupsi Dana Alokasi Khusus (DAK) ini pada Senin
(8/8/2016) lalu. merupakan
pertemuan tak sengaja, ketika
para wartawan akan meliput kegiatan lomba adzan yang digelar Lapas setempat.
Meski terlihat
ceria, bukan berarti tak pernah bersedih. Bersama
Hasi dan Mantan Sekda, Djoewito, ia salurkan dengan melakukan salat tahajud dan berdzikir.
Suara tangis pun pecah, tenggelam dalam
kesunyian masing-masing. “Saya
kira wajar, sebagai manusia yang mengingat kebesaran Allah, pasti menangis,”
ucapnya.
Saat
bercerita, tiba-tiba ia
mengingat sesuatu. Dia pamit. Sekembalinya, pak Ahmad
membawa dua fas berisi bunga serta dua miniatur perahu layar. Satu fas bunga
bertuliskan “dr Faida Bupati Jember”. Buah tangan ini, akan dia berikan kepada
Bupati Faida pada momen peringatan Hari Kemerdekaan RI, 17 Agustus nanti, di
Lapas.
“Ini adalah
karya warga binaan. Mereka sebenarnya adalah orang-orang kreatif. Coba saja
dilihat, perahu layar ini terbuat dari bahan daur ulang stik es krim. Luar
biasa bukan?” ujarnya.
Sejurus
kemudian, Mantan Kepala Dinas Pasar Jember, Hasi Madani, turut bergabung.
Wartawan dan kedua pejabat era MZA Djalal ini terlibat candaan, sesekali juga
obrolan yang serius. Pembicaraan mengenai
kasus yang menjerat mereka sempat disinggung, meski keduanya enggan untuk
disampaikan ke publik.
Pernah suatu
ketika, usai baca quran, salah seorang remaja sujud syukur sembari menangis
sesenggukan. Ia dan Ahmad Sudiono mengira ada yang salah. “Namun
setelah saya tanya, ternyata dia sangat senang dan bersyukur karena bisa
membaca quran. Karena baru bisa baca quran di lapas ini,” ujarnya.
Sebelum berpamitan, Hasi Madani mengambil
sebuah buku tebal. Isinya ada sebaris
tulisan arab, tersusun rapi, kalimatnya bacaan salawat. Dibawah
tulisan itu, ada sebait syair yang ia tulis sendiri. Puisi itu, menggambarkan kehidupannya
di balik jeruji besi. Tentang kesepian dan kedekatan kepada Tuhan. (ruz)