Jember, MAJALAH-GEMPUR.Com. Musim kemarau berkepanjangan ternyata tidak
membuat tanaman tembakau kasturi tumbuh maksimal, bahkan jurtru menjadi
penyebab merebaknya virus mosaik.
Sebenranya
berbagai upaya dilakukan petani untuk mengendalikan virus ini, diantaranya dengan
menyemprot pestisida atau racun pembasmi hama, namun upaya tersebut tidak
membuahkan hasil. “Untuk itu kami berharap agar pemerintah segera turun tangan
untuk mencari solosi” harapnya. (edw).
Akibatnya tanaman tembakau menjadi kerdil, daun
keriting dan mengkerut, sehingga berpengaruh pada menurunya kualitas tembakau. “Ancaman
virus mosaik ini sangat meresahkan petani Tembakau” Demikian dikeluhkan Ketua Petani Tembakau Kasturi (APTK) Jember, Abdurrahman,
Selasa (4/9/2018).
“Tembakau terserang
virus ini dipastikan tidak bisa maksimal, untuk menghindari kerugian lebih
besar, sebagian petani terpaksa dicabut, agar tidak menjalar ke tanaman yang sehat,
" Jelas warga Desa Sumber Pinang, Kecamatan Pakusari yang juga anggota Asosiasi Petani Tembakau
Indonesia (APTI) ini.
Pasalna jika terpaksa Daun
tembakau Kasturi yang terkena virus itu dipanen kualitasnya sangat menurun, sehingga
harganyapun jauh dari harga normal yakni antara 15 ribu perkilonya, padahal
harga normal saat ini mencapai 29 ribu hingga 48 rupiah perkilonya.