Situbondo, MAJALAH-GEMPUR.Com. Sudah sepatutnya kita bersyukur atas rezeki
yang Allah berikan. Karena tidak sedikit orang diluaran sana harus berjuang demi
untuk berobat suami dan kebutuhan hidup keluarga.
Menurut
Zeinul (33)salah seorang warga bahwa Bu
Yus adalah
sosok Ibu berjiwa besar. Ia berusaha sekuat tenaga untuk memberikan yang
terbaik bagi keluarganya. “Ini menjadi tanggung jawab
kita bersama dan ini juga harus menjadi catatan Pemerintah
bahwa masih banyak diluar sana warga yang perlu
dibantu”,
harapnya. (edo).
Seperti yang dialami Ibu Yus, demi untuk menyambung hidup dirinya besama
keluarga, nenek berusia 65 tahun ini harus bekerja keras untuk mencari nafkah dengan menjual kerupuk mentah.
Pekerjaan ini terpaksa dilakukan karena sang suami sekira 3
tahun lalu terbaring ditempat tidur karena sakit parah.
Dengan
keterbatasannya, wanita yang tinggal di Desa Mandaran, kecamatan Besuki, ini mengaku sudah berusaha membawa
suaminya berobat kerumah Rumah Sakit, namun penyakit yang dideritanya tak kunjung
sembuh, namun
dirinya enggan menyebut nama atau jenis
penyakit yang
diderita suaminya itu.
Untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, meski jalannya tertatih tatih, perempuan ini rela menyusuri jalan perkotaan dengan harapan sekarung krupuk mentah yang dijualnya
bisa terbeli, meski dari hasil
jualan krupuk yang tidak seberapa
hasilnya, dibandingkan dengan biaya ongkos angkot pulang perginya.
“Dengan jalan kaki, saya jual krupuk dari pintu ke pintu, dari toko ke toko, tidak semua orang minat
membeli, namun demi sesuap nasi, saya harus terus jalan menawarkan kepada orang
yang saya jumpai, bahkan terkadang saat
menawarkan krupuknya ke kantor-kantor pernah di
usir satpam”, katanya
Senin (18/2/2019).
Menurutnya
Krupuk tersebut didapat dari
sebuah perusahaan di Besuki, setiap pukul 7 berangkat naik angkot ke kota, ia menjajakan krupuknya hingga petang, hasil
yang dapat tak seberapa, terkadang saat sepi
pembeli hanya laku 2 sampai 3 bungkus saja, terpaksa saya bawa pulang dan dilanjutkan keesokan harinya.
Perbungkusnya ia hanya laba 2 ribu rupiah saja, dari harga jual Rp 15
ribu perbungkusnya. "Saya jualan kayak gini karena butuh makan mas, suami
saya sudah sekitar tiga tahunan sakit hingga tak bisa bekerja, hanya ini yang bisa saya kerjakan, karena tenaga saya sudah gak kuat lagi," keluh Ibu tiga anak dengan mata berkaca-kaca.
Badannya yang gemuk membuat ia ngos-ngosan saat berjalan, hanya keihlasan
dan ketegaran jiwa ia dapat menahan lelah, dan tak putus asa. “Kekuatan cinta kepada keluarga
ini yang membuat ia tegar menjalaninya. Cinta mereka seolah datang tanpa syarat dan tak pernah mengharapkan
balasan.