
Sebelumnya, Kabupaten Banyuwangi telah punya Pasar Pelayanan Publik (PLP)
yang terintegrasi dengan Pasar Tradisional Genteng. Pasar Pelayanan Publik
adalah unit pelayanan publik yang terintegrasi dengan pasar tradisional.
“PLP ini untuk mendekatkan layanan ke warga. Sambil belanja mereka bisa
mengurus banyak hal, mulai dokumen kependudukan sampai beberapa jenis perizinan
di lahan eks pasar hewan. Pasar itu telah direnovasi, dan kini rampung sekitar 75 persen,” ujar
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, saat meninjau di Pasar Rogojampi, Selasa
(10/12/19).
Banyuwangi telah mempunyai Mal Pelayanan Publik (MPP) sejak 2017 yang
mengintegrasikan lebih dari 200 dokumen/izin di satu tempat. Kini total ada 3
tempat pelayanan publik terpadu, yaitu MPP, Pasar Pelayanan Publik Genteng, dan
Pasar Pelayanan Publik Rogojampi.
“Pembangunan pasar pelayanan publik ini adalah ikhtiar untuk
memeratakan kualitas pelayanan sekaligus memudahkan warga dalam mengurus
dokumen, Kedepan, lanjut bupati asal Blokagung ini, akan di bangun beberapa
titik pasar di kecamatan-kecamatan lainnya,” ujar Anas.
Pasar pelayanan publik Rogojampi ini memiliki konsep terintegrasi
dengan pasar tradisional sekaligus public space yang ditujukan bagi area
berkegiatan milenial. "Gedung pasar pelayanan publik ini ada dua lantai.
Lantai satu diisi dengan kios-kios pedagang pasar termasuk kantor layanan
publik. Di lantai duanya kita jadikan space untuk publik beraktivitas,”
katanya.
Di lantai satu terdiri dari 100 kios yang bakal diisi oleh para
pedagang tradisional dari Pasar Besar Rogojampi. Sebagian pedagang memang bakal
dipindah di lokasi ini agar pasar besar lebih rapi dan tertata. Pedagang yang
mengisi mulai pedagang pakaian, kelontong hingga sayur-mayur. “Tentunya nanti
akan ditata sedemikian rupa sehingga pasar tetap bersih dan rapi. Karena kan
ada kantor pelayanan publik yang berada di bagian depan pasar,” cetus Anas.
Sedangkan untuk space publik tersebut, lanjutnya, bisa dipakai untuk
berbagai kegiatan salah satunya untuk menyalurkan bakat dan kreativitas para milenial.
Space publik ini juga nantinya bakal dilengkapi berbagai fasilitas penunjang.
“Mereka bisa berkreasi secara
tematik, bisa dibuat jadual rutin bisa mingguan atau bulanan. Tempat ini juga
bisa jadi co-working space tempat kolaborasi dan sebagainya. Selain itu space
publik itu juga bisa dimanfaatkan pameran inovatif maupun potensi produk lokal
yang ada disekitar,” paparnya.