
Para Sopir angkutan kota (angkot), angkutan perdesaan,
taksi, abang becak, ojek pangkalan dan sopir dump, truck yang
tergabung dalam Paguyuban Insan Transportasi (Pintar) Jember ini tampak khidmad,
bahkan ada yang hingga meneteskan air mata saat bendera merah putih dikibarkan.
Guna mencegah penularan Covid-19, para peserta yang juga
diikuti buruh dari Forum Komunikasi Pekerja Antar Kebun (FKPAK) Perusahaan
Daerah Perkebunan (PDP) Kahyangan Jember ini mengenakan masker dan berdiri
berjarak dalam barisan sesuai dengan protokol kesehatan
Menurut Ketua PINTAR Jember Siswoyo, meski saat situasi sulit
dan prihatin, penghasilannya menurun drastis, akibat hadirnya angkutan berbasis
online dan dampak pandemi berkepanjangan, Upacara tetap dilakukan sebagai
bentuk rasa cinta tanah air dan bangga menjadi bangsa Indonesia.
“Mamang saat ini masa prihatin, penghasilan kami turun hingga
80 persen, tak jarang pulang tanpa penghasilan. Namun penderitaan kami, tak sebanding
pengorbanan para pahlawan”, katanya haru usai upacara, membentangkan berndera merah
putih raksasa berukuran 50 x 3 meter, pembagian masker gratis dan penyemprotan hand
sanitizer di sekitar terminal Pakusari.
Menurutnya upacara kali ini yang perdana " Inisiatif
para sopir, karena sekian lama tidak pernah ikut upacara, semoga digelarnya upacara
ini bisa lebih menambah para sopir untuk mencintai tanah airnya sendiri." harap
pria yang juga ketua DPD serikat sopir Indonesia Jawa timur ini.
Ketua FKPAK PDP Jember Dwiagus Budianto menyampaikan, peserta
memang dibatasi sekitar 100 orang, karena pandemi, jadi tidak mengerahkanseluruh
pasukan. Insya-Allah Tahun depan kita ikutkan lebih banyak lagi, termasuk
bendera kami ingin kibarkan bendera raksasa hingga 100 meter.
“Harapan kami kedepannya, karena Indonesia sudah merdeka,
kami berkeinginan merasakan kemerdekaan yang sesungguh-sungguhnya, sejalan
dengan semangat kemerdekaan, Buruh betul-betul merasakan kemerdekaan”,
harapnya.
Abdu Syukur, Sopir Lin B jurusan Arjasa-Tawang Alun), yang
menangis saat pengibaran merah putih mengaku terharu ikut upacara, pasalnya
sudah lama tidak pernah terlibat dalam upacara peringatan Hari Ulang Tahun
(HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia, bahkan sudah puluhan tahun.
“Kami rakyat kecil berkeinginan ikut upacara, sebagai
bentuk nasionalisme, patriotisme dan terima kasih kami kepada para pahlawan yang
gugur mendahului kita, Upacara pada 17 Agustus ini, suasananya lain, berbeda
dengan upacara setiap Senin, kami terharu, hingga tak kuasa menahan air mata,
hingga menetes”, kata pria yang tinggal di Jalan PB Soedirman, Kecamatan
Patrang ini.