![]() |
| Pengurus DPP GMNI periode 2025 - 2028 Apel Kebangsaan di Makam Bung Karno di Blitar |
Blitar, MAJALAH-GEMPUR.Com - Pasca pengukuhan, kepengurusan, Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPP GMNI) Periode 2025–2028 melakukan Ziarah ke Kebangsaan dan doa bersama di Makam Proklamator Republik Indonesia, Ir. Soekarno dan napak tilas sejarah ke Museum di Blitar, Jawa Timur, Kamis (18/12/2025).
Langkah simbolik ini bukan sekadar seremoni pasca pelantikan, melainkan penanda awal konsolidasi ideologis GMNI di bawah kepengurusan baru. Dengan kembali menapaki jejak Bung Karno, GMNI berupaya mempertautkan memori sejarah dengan tantangan kebangsaan kontemporer yang kian kompleks.
Ketua Umum DPP GMNI, Muhammad Risyad Fahlefi, menegaskan bahwa Ziarah Kebangsaan dan napak tilas tersebut merupakan ikhtiar ideologis untuk memastikan GMNI tetap setia pada ajaran Bung Karno. Menurutnya, Marhaenisme tidak boleh berhenti sebagai slogan, melainkan harus hadir dalam praksis perjuangan yang nyata dan berpihak pada rakyat.
“Ziarah dan napak tilas ini adalah langkah awal perjuangan kami. GMNI harus tetap berpijak pada pemikiran Bung Karno. Marhaenisme harus terus dihidupkan dan diwujudkan dalam kerja-kerja nyata yang berpihak kepada rakyat,” ujar Risyad.
Lebih jauh, Risyad memaknai momentum pasca pengukuhan sebagai tanggung jawab sejarah yang tidak ringan. Di tengah ketimpangan sosial yang melebar, krisis ekologis, serta tantangan kedaulatan ekonomi nasional, GMNI dituntut tidak hanya kritis, tetapi juga solutif dan berani mengambil posisi yang tegas.
“Bung Karno mewariskan keberanian berpikir dan keberpihakan yang jelas kepada kaum tertindas. GMNI ke depan harus tampil sebagai kekuatan intelektual dan moral untuk mengawal cita-cita kemerdekaan sebagaimana termaktub dalam Pancasila dan UUD 1945,” tegasnya.
Peneguhan ideologis tersebut sekaligus menjadi pesan internal bagi seluruh kader GMNI agar tidak tercerabut dari akar sejarah perjuangan bangsa. Dalam pandangan Risyad, persatuan kader menjadi prasyarat utama agar GMNI mampu memainkan peran strategisnya di tengah dinamika politik dan sosial nasional.
“Sebagaimana pesan Bung Karno, ‘kuat karena bersatu dan bersatu karena kuat’. GMNI hanya akan mampu menjalankan peran sejarahnya jika persatuan ditempatkan sebagai fondasi utama perjuangan, melampaui kepentingan pribadi maupun golongan,” pungkasnya.
Melalui Ziarah Kebangsaan ini, GMNI menegaskan bahwa regenerasi kepemimpinan bukan sekadar pergantian struktur organisasi, tetapi juga momentum untuk memperbarui sumpah ideologis dalam mengabdi kepada bangsa dan rakyat. (Wahyu/Eros)


