Aksi sekitar pukul 10.00 yang
menyoroti pemindahan situs purbakala Gumuk Nangkaan di jalan Ahmad Yani yang di
pindah di halaman kantor Dinas awalnya berlangsung damai. Negosiasi dengan kepolisan
terjadi setelah orasi sekitar 30 menit yang akhirnya mahasiswa di ijinkan masuk
untuk bertemu pejabat terkait.
Setelah memasuki halaman
tepat di depan pintu loby Pemkab, aparat kepolisian meminta mahasiswa menanggalkan
atribut yang dibawanya terutama kayu, bambu maupun tongkat. Para mahasiswa
keberatan. Tiba-tiba kayu yang dibawa dari arah belakang mengenai aparat. Atas kejadian tersebut mahasiswa dibubarkan.
Perwakilan mahasiswa yang
awalnya diijnkan masuk, melawan dan sempat terjadi bentrok. Beberapa mahasiswa
dipukuli dan ditendang oleh oknum kepolisisn. Melihat kawan mereka dipukuli dan
ditendang sebagian mahasiswa lainnya lari keluar.
Aksi kejar-kejaranpun tak
terelakkan lagi, mahasiswa yang tertangkap dipukuli dan ditendang oleh aparat
yang terpancing emosinya. Aksi pemukulan berhenti setelah sebagaian besar
mahasiswa yang berada di luar pagar melerai rekan-rakanya, sehingga keributan meredah.
Akibat kejadian itu, sejumlah mahasiswa
menderita luka lebam. Beberapa polisi juga mengalami luka di sejumlah bagian
tubuhnya.
Tak terima atas
perlakuan polisi, mahasiswa datangi gedung DPRD. Selain untuk berdialog tentang
cagar budaya yang mereka soal, mereka juga wadul atas insiden yang dialaminya.
Mereka ditemui unsur pimpinan di Komisi III, yakni Tohari dan Andi Hermanto.
Sebelum menyampaikan aspirasinya, mereka meminta polisi keluar ruangan. Pasalnya Polisi dianggap bertindak represif terhadap kebebasan menyampaikan aspirasi. "Kalau polisi tidak keluar, kami yang keluar. Tolong bapak dewan yang terhormat, agar polisi dipersilahkan keluar," kata Usman, salah seorang peseta aksi.
Sebelum menyampaikan aspirasinya, mereka meminta polisi keluar ruangan. Pasalnya Polisi dianggap bertindak represif terhadap kebebasan menyampaikan aspirasi. "Kalau polisi tidak keluar, kami yang keluar. Tolong bapak dewan yang terhormat, agar polisi dipersilahkan keluar," kata Usman, salah seorang peseta aksi.
Karena permintaannya tidak
dibubris, para mahasiswa yang sudah memasuki ruangan tersebut membubarkan diri,
tanpa sedikitpun menyampaikan aspirasi.