Jember, MAJALAH-GEMPUR.Com. Ratusan warga Desa Tanungrejo dan Kesilir, Rabu
(24/12) melurug kantor Asisten Perhutani (Asper) RPH Wuluhan. Mereka menuntut salah
seorang temannya yang ditahan dibebaskan dari tahanan.
Beruntung Kapolsek Wuluhan, AKP Jumadi, berhasil
membujuk mereka untuk kembali dan membubarkan diri. Dihadapan perwakilan pengunjukrasa,
Jumadi menyatakan jika Suwandi yang ditangkap petugas Perhutani tersebut saat
ini penanganannya dilimpahkan ke Polres Jember. (Ruz).
Aksi ini dipicu
tertangkapnya Suwandi, warga Dusun Krajan, Desa Kesilir, oleh aparat Perhutani karena diduga melakukan aktivitas
penambangan emas tapa izin di kawasan Gunung Manggar, selasa malam (23/12). Tidak
terima dengan penangkapan tersebut, mereka meminta perhutani melepaskan.
Dengan kawalan mobil
patrol Polsek Wuluhan, massa bergerak dari balai Desa Kesilir menuju kantor
Asper yang berjarak sekitar lima kilo meter. Disepanjang jalan, mereka
meriakkan tuntutan serta caci maki ke Perhutani, yang mereka nilai tebang pilih
dan melanggar kesepakatan dengan warga setempat.
Menurut pendemo, Tono, warga
geram dengan sikap Asper yang arogan dan ingkar janji. Padahal sebelumnya, mengatakan
jika ada warga dari dua desa, tertangkap tangan akan dilakukan pembinaan
sebelum diproses secara hukum, “Asper pernah bilang, jika warga Tanjungrejo dan
Kesilir kepegang, maka akan dilepas,” ungkapnya.
Salah seorang perwakilan
warga yang lain, Imam Syafi’I mengatakan, jika Suwandi hanyalah seorang warga
yang mengambil sisa-sisa aktivitas tambang, bukan penggali. “Suwandi itu hanya
pencari gabalan (sisa material tambang; red) bukan penambang yang
sesungguhnya,” paparnya.
Anehnya, lanjut Imam, para
penambang besar dari luar daerah yang menyebabkan lereng Gunung Manggar hancur,
justru dibiarkan. Oleh karena itu, ia meminta Perhutani dan Polsek Wuluhan
membebaskan, “jangan hanya maen tangkap, jika mau nutup, tutup saja penambangan
itu sekalian,” sambungnya dengan nada tinggi.
Sayangnya, saat ratusan
warga mendatangi kantor, Asper Wuluhan, Sukatno tidak di tempat. Ruang utama tampak
terkunci, hanya beberapa orang berseragam Polisi Hutan (Polhut) yang berjaga.
Massa yang emosi mengancam akan membawa salah seorang anggota Polhut untuk
dibawa dan ditukarkan dengan Suwandi.