
Menurut General Manager PT Garuda Indonesia Brance Office
Jember Syamsul Adnan Kamis (29/1) bahwa
Target yang diberikan perusahaan
itu adalah sebesar 85% untuk satu pesawat pada rute Jember ini. pula sampai
Desember tahun lalu, target tersebut hanya mencapat 72,6%.
“Jadi pencapaian
dengan target ini masih jauh dari perkiraan kami. Sejak saya berada di Jember
ini, berbagai upaya, usaha dan cara telah kami lakukan demi peningkatan target
tersebut,” ungkap Adnan kepada wartawan, kemarin.
Diungkapkan oleh
Adnan lagi, jika upaya peningkatan target, namun perlu diketahui bahwa daya
beli dari masyarakat Jember masih minim. Dan juga hal ini yang tidak dibarengi
dengan potensi-potensi lainnya yang belum tergarap.
“Memang daya beli
masyarakat Jember kurang. Belum lagi dengan bisnis travel yang tidak bisa
pulang pergi. Disisi lain, bisnis perhotelan diuntungkan, jika berangkat mereka
kan bisa stay dulu, dan berangkat esok harinya,” paparnya.
Ditambahkan lagi
oleh Adnan, bahwa 72,6% itu setara dengan isi penumpang 50 orang, padahal isi
full penumpang itu sekitar 70 oarng. Dan pada saat ini, jumlah penumpang hanya
sekitar 45% atau setara dengan 35-37 penumpang saja.
“Jadi untuk Jumat,
Sabtu dan Minggu itu yang bisa dikatakan bagus dengan full penumpang, selain
hari tersebut tetap kisaran 45% tadi,” bebernya.
Secara nasional,
kata GM ini, memang low system. Jadi bukan disebabkan salahnya survey yang
dilakukan pihak Garuda Indonesia. Dengan adanya low system tersebut, berbagai
cara dilakukannya untuk menuju surplus.
“Seperti cara
dengan pembelian Rp 1 juta, maka ada cash back sekitar Rp 100 ribu. Dan untuk
mahasiswa, kami berikan harga khusus. Jadi kondisi riil itu low system. Jadi
kuartal satu ini kita yang harus lebih baik lagi,” ujarnya.
Disadari memang
pada kuartal satu, dimasing-masing rute merugi. Tetapi menginjak kuartal dua
dan seterusnya itu yang bisa memberikan surplus. Seperti halnya, rute
Banyuwangi, sama dengan rute Jember ini.
“Kondisi bisnis
travel saat ini memang terlihat slow. Bisa dibandingkan dengan penumpang pada
jalur kereta api. Jika mereka masih bagus, berarti masyarakat Jember masih
belum minat dengan perjalanan via udara, lebih memilih jalur darat,” terang
Adnan lagi.
Peran wisata juga
sangat mempengaruhi lesunya bisnis travel. Sebab potensi wisata di Jember ini
masih belum ter blow up 100%. Masih banyak tempat wisata yang masyarakat tidak
ketahui.
“Dan pada bulan
Maret ini, yang kemungkinan akan ada penambahan rute untuk Jember – Surabaya
dan Surabaya – Jember 2 kali pernebangan, kemngkinannnya tidak akan ditambah
jika melihat kondisi seperti ini,” ucapnya.
Disamping hal
tersebut yang diutarakan Adnan, pihaknya malah akan ada penambahan rute jalur
Jember – Yogya, yang selama ini belum ada yang meliriknya.