Anjloknya harga tembakau, diduga
karena daun tembaau terkontaminasi abu vulkanik, sehingga pihak pabrikan enggan
membeli produk tembakau hasil petani dengan alasan daun tembakau petani
mengandung bahan kimia seperti
sulfur dan silikat akibat terpapar abu Gunung Raung.
Akibatnya harga komoditas
tembakau anjlok hingga harga 100 ribu per kwintal. Untuk itu Pemkab Jember
diminta turun tangan, mencari solosi, termasuk melakukan uji mutu tembakau agar diketahui apakah tembakau Jember mengandung
bahan kimia berbahaya apabila digunakan sebagai bahan dasar rokok maupun
cerutu.
Namun desakan itu hingga
kini masih belum dipenuhi. “Belum, baik Pemkab maupun DPRD Jember belum
mengajukan uji mutu terhadap tembakau,” kata Kepala Unit Pelaksanan Teknis
(UPT) Pengujian Mutu dan Barang Lembaga Tembakau Jember, Desak Nyoman
Siksiawati, saat ditemui di kantornya, Jum’at (11/9).
Meski demikian, UPT yang
berada dibawah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur itu, tetap
melakukan uji laboratorium terhadap berbagai jenis tembakau Jember yang
terkontaminasi abu Gunung Raung. “Diminta atau tidak kami tetap melakukan uji
laboratorium, istilahnya uji lab monitoring,” Ujar Desak.
Dikatakan Desak, uji lab
itu awalnya adalah permintaan sebuah perusahaan tembakau yang akan membeli
hasil petani. Perusahaan itu mengajukan uji lab terhadap tembakau petani
sebelum membeli, karena ada fenomena alam yang tak dapat dipresiksi sebelumnya.
“Saat ini, hasilnya belum bisa diketahui, diperkirakan baru minggu depan
hasilnya bisa disampaikan,” ujarnya.
Diberitakan sebelumnya,
sejumlah petani tembakau yang menamakan diri Aliansi Masyarakat Petani Tembakau
Jember mendatangi kantor DPRD. Mereka meminta kepada wakil rakyat untuk
mendesak Pemkab Jember agar mencari solusi anjloknya harga tembakau milik
petani.
Menurut Hendro, tuntutan
petani cukup sederhana yakni tembakau dibeli dengan harga yang layak, sehingga
tidak merugi. "Masak tembakau petani hanya dihargai Rp 100 ribu per
kwintal, padahal biaya produksinya saja mencapai Rp 300 ribu per kwintal.
Kami tak meminta dibeli
dengan harga mahal, kami hanya meminta dibeli dengan harga layak, agar tak
terus merugi," tegas dia.