Kepada Dinas Perhubungan Kabupaten Jember Hadi Mulyono dan Kepala UPT Bandara Notohadinegoro Edy Purnomo, Doc: RF/Majalah Gempur |
Jember, MAJALAH-GEMPUR.Com
– Bandara Notohadinegoro akhirnya memiliki Sertifikat Bandara Udara (SBU)
permanen setelah melengkapi persyaratan dan mengajukan ke Kementerian
Perhubungan. Sebelumnya SBU bandara kebanggaan warga Jember ini sempat mati 20
Maret 2018 silam dan mengajukan ke Kementerian Perhubungan hanya keluar SBU
sementara pada tanggal 22 November sampai 22 Desember 2019.
Kepala Dinas Perhubungan
Kabupaten Jember, Hadi Mulyono mengatakan, saat ini Bandara Notohadinegoro sudah
memiliki sertifikat bandara yang sifatnya permanen. Sebagaimana SBU yang
dikeluarkan Kementerian Perhubungan tertanggal 10 April 2020 dengan masa waktu
3 tahun ke depan 2023.
“Terkait keberadaan SBU
tersebut, memang beberapa waktu yang lalu banyak menyita perhatian masyarakat,
utamanya dari dewan karena SBU sempat mati pada 20 Maret tahun 2018. Sejatinya,
proses pengajuan tidak ada halangan sebab sebelumnya sudah mengajukan permohoan
tapi ada beberapa persyaratan untuk menerbitkan SBU itu yang harus terkucupi
dan membutuhkan proses,” ujar Hadi Mulyono.
Tahun 2019 kemaren,
sambung Hadi, setelah dewan datang sempat terbit 2 kali SBU yang sifatnya
sementara. Keberadaan SBU sementara itu pada tanggal 22 November sampai 22
Desember 2019, di tengah waktu itu Dishub komunikasi dengan Kementerian
Perhubungan untuk difasilitasi persyarata-persyaratan apa yang harus dicukupi.
“Setelah kita ketemu
disarankan untuk mengajukan permohonan lagi dengan beberapa persyaratan yang
harus tercukupi, dan berikutnya kita mengajukan permohonan perpanjangan SBU
lagi dengan kelengkapan beberapa persyaratan, di perjalanan itu mulai bulan
Januari sampai Februari tim dari Kementerian datang ke lapangan, setelah
persyaratan kita penuhi, ditindak lanjuti oleh tim dari Kementerian Perhubungan
untuk melakukan verifikasi persyaratan sekaligus assement untuk kelengkapan dan
alhamdulillah kemaren sudah turun untuk SBU permanen,” ungkap Hadi.
Menurut Hadi, secara legal
formal keberadaan bandara ini sudah ada bukti autentik, meski sebelumnya sudah.
Namun, proses administrasi sudah dilayangkan otomatis keberadaan bandara sudah
termonitor di Kementerian Perhubungan. Hanya saja, sekarang lebih sempurna.
Hadi menjelaskan, persyaratan
yang harus dilengkapi dan sudah tercukupi diantaranya, adanya kelembagaan
organisasi yang ada di bandara, sudah ada UPT nya dan sudah resmi. Sudah ada
SOP, termasuk Safty Managemen. Semuanya, sudah dipenuhi dan diverifikasi
Kementerian Perhubungan, termasuk penanganan yang sifatnya darurat juga sudah
terpenuhi.
Selain itu, lanjut Hadi, persyaratan
perpanjangan harus membayar pajak pendapatan negara bukan pajak, juga sudah
terpenbuhi. Sehingga SBU terbit per 10 April kemaren. “Mudah-mudahan ke depan
sudah tidak ada informasi yang sifatnya kurang tepat dan sebagainya padahal itu
kita sudah lalui semua,” harap Hadi.
Sementara itu, Kepala UPT
Bandara Notohadinegoro, Edy Purnomo menyampaikan bahwa bandara sebelum terjadi
Epidemi Corona berjalan dengan normal. Maskapainya Wings Air saja dan berjalan
setiap hari dengan penumpang diatas 70 persen. Sekarang, sejak mulai ada wabah
corona, maskapai mulai mengurangi frekuensi penerbangannya karena memang
penumpangnya berkurang.
“Semula setiap hari, jadi
empat hari dan karena masih kurang. Akhirnya, dikurangi lagi menjadi dua kali
seminggu, hanya hari Jum’at dan hari Minggu, itu pun beberapa minggu ini tidak
terbang sebab tidak ada penumpangnya. Kalau pun ada, masih tidak masuk hitungan
sehingga kalau pun diterbangkan mereka akan rugi. Jadi, sangat berdampak sekali,”
terang Edy.
Edy menjelaskan, Bandara Notohadinegoro
hanya melayani rute ke Surabaya dan sebagian besar penumpang yang ke Surabaya.
Final tujuannya Jakarta, sementara diketahui semua bahwa Jakarta dan Surabaya
adalah zona merah. Jadi, tidak ada orang keluar masuk Jakarta-Surabaya sehingga
penumpangnya sepi.
“Surabaya juga sudah
dilakukan segala prosesdur untuk menanganani wabah corona. Sebenarnya untuk ke
Jember masih ada, besok itu ada penumpangnya dari Surabaya 17 penumpang, dari
Jember 7 orang dan ini belum tentu terbang juga sebab bisa jadi sewaktu-waktu
mereka membatalkan sehingga nanti akan berkurang lagi penumpangnya,” kata Edy.
Edy berkata, terbang dan
tidaknya maskapai tergantung kepada maskapai sendiri, kalau hitungan masuk
terbang. Kalau tidak, yang batal terbang. Meski demikian, bandara tetap
melayani. Selama wabah corona ini, bandara melayani dari Polsek, Danramil serta
petugas kesehatan selalu melakukan check kesehatan dan sejauh ini belum ada
penumpang yang dikirim ke JSG sebab suhu tubuhnya normal dibawah 37. (RF)