Translate

Iklan

Iklan

Bangkitnya Generasi Muda NU Menulis Sejarah Tokoh Kyai Lokal

11/13/20, 23:28 WIB Last Updated 2020-11-13T16:29:39Z
Jember, MAJALAH-GEMPUR.Com. Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PC NU) Kencong menggelar bedah buku Khidmah Keummatan yang mengulas tentang kiprah KH Syafawi Ahmad Basyir.

Bedah buku ini dimaksudkan agar para Nahdliyin mengenal kiprah tokoh, menghargai perjuangan dan meningkatkan kecintaan terhadap Ulama, bangsa dan negara.  Pasalnya Bangsa besar itu bangsa yang menghargai jasa pahlawan dan para ulamanya.

“Kita mengenal Jargon Bung Karno, Jas Merah (jangan sekali-kali melupakan sejarah), NU juga mempunyai jargon Jas Hijau (jangan sekali-kali menghilangkan jasa ulama),” kata  Wakil Ketua PCNU Kencong Tantowi Jauhari, saat membuka acara, Jumat (13/11/2020).

Pria yang akrab disapa Gus Towi ini menyampaikan, acara tersebut adalah langkah awal dari rangkaian acara bedah buku berikutnya. Karena saat ini, tim penulis sedang menyusun buku lain. Di antaraya, sejarah Gerakan Pemuda Ansor dan sejarah PCNU Kencong.

Ketua PCNU Kencong Kiai Zainil Ghulam memaparkan kiprah KH Syafawi Ahmad Basyir menutup tempat maksiat dengan cara-cara kekerasan, melainkan dengan tirakat dan doa agar pelakunya bertobat dan mendapatkan pekerjaan yang lebih layak.

“Tidak ada sejarahnya kiai NU main sikat. Salah satu pendekatanya meminta kepada Allah SWT agar pelakunya bertaubat dan mendapatkan rezeki yang halalan toyyiban,” kata Gus Ghulam, sapaannya, ketika menyampaikan sambutan.

Apa yang dilakukan KH Syafawi, dia menambahkan, merupakan ciri khas dakwah NU yang lebih mengedepankan sisi spiritualitas dan humanisme. Bukan dengan cara-cara kekerasan. “Ini yang harus diketahui oleh generasi muda sekarang,” imbuhnya.

Sang penulis buku, Rijal Mumazziq Z, yang juga Ketua PC LPT NU Kencong, menyampaikan pokok pembahasan buku itu dan dua pembanding yaitu Abdur Rohim, pegiat sejarah sekaligus Ketua PC LWP NU Kencong dan Y Setio Hadi, pegiat sejarah yang juga Direktur TBB Salam.

 

Penulis, mengaku punyai alasan sendiri menggali dan menulis sejarah sang kakek. Motivasi pertama adalah agar dia dan keluarga tidak kehilangan cerita utama tentang ketokohan dan petuah-petuah kakeknya. Dan kedua ingin meramaikan konteks historiografi lokal.

Menurut Rektor Inaifas Kencong ini bahwa, ada fenomena menarik sejarah di Indonesia setelah reformasi. Yakni bangkitnya generasi muda NU untuk menulis sejarah tokoh lokal. Dibanding masa orde baru, yang lebih cenderung sentralistik dan mengisahkan tokoh-tokoh besar saja.

“Padahal kontribusi para ulama baik yang mencapai level nasional maupun kiai kampung, atau pendiri pondok pesantren, sama-sama memainkan kontribusi yang besar dalam konteks sejarah yang ada di Indonesia,” ungkapnya.

Bedah buku Tokoh penggerak Nahdlatul Ulama Jember selatan, sekaligus pendiri Pondok Pesantren Mabdaul Ma’arif (Madaf) Kecamatan Jombang ini digelar oleh beberapa lembaga dan Badan Otonom (Banom), bekerjasama dengan Taman Baca Budaya (TBB) Salam Kencong.

Yaitu Lembaga Taklif Wanasr (LTN), Lembaga Perguruan Tinggi (LPT), Lembaga Wakaf dan Pertanahan (LWP), Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manuasia (Lakpesdam), Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) dan GP Ansor. (eros).
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Bangkitnya Generasi Muda NU Menulis Sejarah Tokoh Kyai Lokal

Terkini

Close x